Fenomena demam batu akik dan batu
permata melanda ke seluruh pelosok negeri. Para
penggemar berburu batu permata hingga ke pelosok desa. Bahkan, para kolektor
tidak segan mendatangi lokasi penambangan untuk mendapatkan akik yang sesuai
yang diinginkan. Alhasil, para penambang dan perajin terkadang kewalahan
memenuhi permintaan pasar.
Wonogiri yang menjadi salah satu
daerah penghasil batu akik pun tidak luput dari sasaran pemburu batu permata.
Apalagi, kabupaten itu mempunyai batu mulia yang khas, yakni fire opal atau
barjad api. Is Iswanto, salah seorang penambang batu jenis fire opal dari Dusun
Simpangan, Desa Hargantoro mengungkapkan, batu mulia tersebut biasa mereka gali
dari tebing-tebing Bukit Manggal. Untuk naik ke titik penggalian, mereka harus
menggunakan tiga tangga sekaligus.
Sebab titik penggalian berada
pada ketinggian belasan hingga puluhan meter dari kaki bukit. Karena sulitnya medan pencarian itu,
harganya mencapai jutaan rupiah per biji. Meski demikian, tetap banyak saja
banyak orang yang datang untuk mencari fire opal. “Ada
yang dari Yogya, Solo, Semarang, Pacitan, bahkan
dari Jakarta,”
katanya.
Menurut praktisi pertambangan
asal Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri menjadi salah satu penghasil batu akik
karena usia bebatuan di daerah itu sudah terbilang tua. “Sehingga sebagian
unsur mineral di alam sudah bermetamorfosis menjadi batu mulia,” katanya. Usia
batu mulia Wonogiri termasuk tua karena berada pada jalur pegunungan purba yang
membentang dari Gunung Kidul (DIY), Wonogiri (Jateng), hingga Pacitan (Jatim).
Pegunungan purba itu muncul dari desakan lempeng bumi, sehingga wilayah
Wonogiri kemudian terangkat lalu membentuk pegunungan dan perbukitan.
Salah satu jenis batu mulia khas
Wonogiri yang sedang naik daun adalah fire opal. Batu tersebut mempunyai
karakteristik yang unik. Kristal di dalamnya mampu memantulkan dan membiaskan
cahaya, sehingga hampir menyerupai nyala api. Ada beberapa varian fire opal. Antara lain
kuning teh, hijau cincau, putih, biru, dan paling mahal adalah yang memiliki
warna merah cerah.
Batu tersebut bisa dijumpai di
gunung purba yang belum mengalami erosi, sehingga lapisan tanahnya masih dalam
kondisi formasi utuh. “Itulah sebabnya, material penyusun opal terdiri atas
silika dan H2O. Batu Fire opal banyak dijumpai di Bukit Manggal Kecamatan
Tirtomoyo dan Gunung Muser Kecamatan Kismantoro. Menurut saya, kwalitas batu
fire opal Wonogiri terbaik di dunia karena tingkat kekerasannya mencapai
5,2-5,7 skala Mohs,” terangnya. Pada musim hujan, fire opal semakin langka.
Karena batu mulia itu ditambang dari tebing-tebing yang curam dan akan menjadi
licin ketika hujan tiba. Sehingga harganya pun melambung dari ratusan ribu
hingga jutaan rupiah per biji. Meskipun demikian, para penggemar tetap
berdatangan ke pengrajin dan penambang untuk memburu batu mulia khas Wonogiri
itu.
Jenis Kristal Wonogiri juga menyimpan batuan mulia jenis kristal amethyst. Jika
mineral penyusunnya mengalami pemanasan epithermal kemudian diikuti pendinginan
yang sempurna, akan menciptakan kristal-kristal yang bagus. Hasil pemolesan
kristal amethyst bisa menciptakan varian akik lavender dan kecubung. Ada pula kristal amethyst
berwarna merah dengan kristal yang belum sempurna.
Harganya mencapai ratusan ribu
rupiah per biji. Ada
juga batu bonglot yang menjadi khas daerah Kahyangan, Kecamatan Tirtomoyo.
batuan itu mengandung unsur besi yang tinggi seperti halnya badar besi. Warnanya
hitam berkabut dan terkadang dijumpai urat-urat emas di dalamnya. “Harganya
juga ratusan ribu per biji. Kalau kualitasnya bagus, bisa sampai jutaan
rupiah,” imbuhnya.
Selain jenis bayu fire opal, di
wilayah Wonogiri juga terdapat batu jenis Jasper. Batu jasper merah hati bisa
menghasilkan varian akik ati ayam, jasper hijau bisa memunculkan akik nogosui,
dan jasper multiwarna bisa memunculkan akik pancawarna. Jasper banyak dijumpai
di Kecamatan Kismantoro, Karangtengah, Tirtomoyo, dan Jatiroto. “Harga akik
berbahan jasper biasa kurang dari Rp 100.000. Tapi yang pancawarna bisa lebih
dari Rp 100.000 per biji,” katanya.
Adapun batu jenis carnelian dan
chalsedony juga bisa menghasilkan varian batu akik red tomato, red baron, yaman
atau sulaiman. Harga red tomato dan red baron bisa lebih dari Rp 500.000 per
biji. “Carnelian dan chalsedony banyak dijumpai di Sungai Wiroko dan Sungai
Sukoharjo,” ujarnya.
Batuan mulia dari Wonogiri
lainnya adalah agate, badar lumut dan badar tawon. Akik badar lumut unik karena
terdapat serat yang menyerupai lumut di dalamnya. Adapun badar tawon terdapat
serat yang menyerupai sarang tawon. “Badar tawon bisa dijumpai di daerah
Purwantoro dan Kismantoro,” imbuhnya. Walyono (49), perajin batu mulia Permata
Sari, Dusun Wates RT2 RW5 Kelurahan/Kecamatan Giriwoyo mengatakan, setelah
dipoles dan dibentuk, harga batu fire opal bisa mencapai ratusan ribu hingga
jutaan rupiah. “Fire opal sedang ngetren sekarang dan jadi target buruan
kalangan kolektor.